Semuanya berawal dari sebuah klik sederhana di halaman pusat umroh. Malam itu, aku sedang lembur di kantor dan merasa jenuh. Di sela-sela waktu, aku membuka browser dan tanpa sengaja menemukan situs itu. Awalnya cuma iseng lihat-lihat paket perjalanan. Tapi begitu mataku berhenti di tulisan “Umroh Plus Dubai: Perpaduan Ibadah dan Petualangan Dunia Modern”, ada sesuatu yang terasa berbeda di hati. Aku yang tadinya hanya bermimpi untuk bisa ke Tanah Suci, tiba-tiba merasa… mungkin ini waktunya.
Aku membaca semua detailnya satu per satu. Biayanya memang tidak kecil, tapi juga tidak mustahil. Aku mulai berpikir, “Kalau benar-benar niat, bisa kok disiapkan dalam setahun.” Aku tutup laptop malam itu dengan perasaan aneh—campuran antara semangat dan takut. Semangat karena ada harapan baru, takut karena belum tahu harus mulai dari mana. Tapi di situlah justru awal segalanya.
Esok paginya, aku cerita ke istriku tentang paket umroh plus dubai yang kulihat di situs pusat umroh. Dia tersenyum sambil berkata, “Kalau kamu yakin, ayo kita mulai. Allah سبحانه وتعالى pasti bantu.” Kalimat itu sederhana, tapi langsung menyalakan semangatku. Kami berdua sepakat untuk mulai menabung khusus dari bulan itu juga. Kami sebut tabungan itu “rekening niat baik”.
Tiap awal bulan, begitu gajian masuk, kami langsung transfer sebagian ke rekening itu tanpa pikir panjang. Rasanya seperti menanam benih kecil yang akan tumbuh jadi mimpi besar. Awalnya terasa berat—apalagi saat banyak kebutuhan lain muncul. Tapi setiap kali godaan datang, aku selalu ingat tujuan besarnya: melihat Ka’bah, bersujud di Masjidil Haram, dan menambah pengalaman spiritual dengan menjelajah kota Dubai.
Aku mulai belajar hidup lebih sederhana. Tidak lagi nongkrong tiap akhir pekan, tidak lagi beli barang-barang yang cuma karena “pengen”. Bahkan aku dan istri mulai jualan online kecil-kecilan, sekadar menambah pundi-pundi. Setiap rupiah yang masuk, rasanya seperti langkah kecil menuju Baitullah. Kadang capek, tapi selalu ada rasa hangat setiap kali melihat saldo tabungan bertambah.
Sekitar 10 bulan kemudian, doa itu akhirnya terjawab. Uang kami cukup untuk mendaftar paket umroh plus dubai. Rasanya tidak percaya. Aku menghubungi tim dari pusat umroh, dan mereka membantu semua proses dengan sangat profesional—dari pengurusan visa, itinerary, hingga pemilihan hotel. Dalam hati, aku terus berucap syukur karena setiap langkah terasa dimudahkan.
Perjalanan kami dimulai dari Dubai. Begitu mendarat, aku langsung terpesona oleh kota yang seakan tak pernah tidur itu. Langitnya biru terang, bangunannya menjulang tinggi, dan semuanya terasa begitu tertata. Kami sempat mengunjungi Burj Khalifa, naik Dhow Cruise di Marina, dan menikmati sore di Miracle Garden yang penuh warna. Tapi momen yang paling membekas justru saat kami berdiri di tepi padang pasir. Angin gurun berhembus pelan, matahari terbenam perlahan, dan aku merasa kecil sekali di hadapan kebesaran Allah سبحانه وتعالى.
Beberapa hari kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Makkah. Saat pertama kali menatap Ka’bah, aku tak mampu menahan air mata. Semua perjuangan—dari menabung, menahan keinginan, hingga berdoa setiap malam—terbayar lunas di satu detik itu. Aku menggenggam tangan istriku erat-erat, dan kami sama-sama menangis. Tidak ada kata lain selain syukur.
Ibadah umroh berjalan lancar. Setiap tawaf, setiap doa, terasa begitu dalam. Aku merasa benar-benar pulang. Setelah itu kami menuju Madinah, dan suasana di sana terasa jauh lebih tenang. Duduk di Raudhah, aku hanya bisa merenung—bahwa perjalanan ini bukan sekadar liburan religi, tapi proses pembentukan hati. Dari Dubai yang penuh cahaya dunia, hingga Madinah yang dipenuhi cahaya iman.
Sepulang ke Indonesia, aku sering berbagi cerita ini dengan teman-teman. Banyak yang bilang, “Aku juga pengen, tapi belum siap.” Aku selalu jawab, “Justru karena belum siap, makanya mulai sekarang.” Karena aku tahu, kalau menunggu semua sempurna, mungkin aku tak akan pernah berangkat.
Umroh plus dubai bukan cuma soal ibadah, tapi juga tentang perjalanan menuju kedewasaan spiritual. Tentang bagaimana kita belajar sabar, ikhlas, dan yakin bahwa Allah سبحانه وتعالى akan bantu setiap langkah orang yang sungguh-sungguh.
Kalau kamu baca cerita ini dan mulai merasa tergerak, percayalah—itu bukan kebetulan. Mungkin memang sudah saatnya kamu memulai langkah kecilmu. Kunjungi pusat umroh, baca detailnya, dan mulailah menabung dari hal sederhana. Karena sesungguhnya, keberangkatan itu tidak dimulai dari tiket atau visa, tapi dari niat yang kamu tanam hari ini.
Dan siapa tahu, tahun depan kamu sudah berdiri di bawah langit Makkah, menatap Ka’bah dengan air mata haru, lalu berbisik pada diri sendiri: “Akhirnya, aku juga sampai.” Itulah keindahan sejati dari umroh plus dubai—perpaduan antara dunia dan akhirat, antara usaha dan doa, antara langkah kecil dan keajaiban besar yang datang dari Allah سبحانه وتعالى.
← Kembali ke Daftar Blog